15June 2016 Tumpi. Model busana dan rias pengantin Jawa khususnya dari Solo yang hingga kini masih cukup populer di masyarakat adalah Solo Putri dan Solo Basahan. Kedua jenis busana dan rias pengantin ini memiliki ciri khasnya masing-masing, mulai dari jenis pakaian yang dikenakan, motif busana, maupun gaya tata riasnya. Surjan bagi orang Jawa merupakan salah satu model pakaian adat yang penuh filosofis kehidupan. Surjan merupakan bubusana adat Jawa atau orang bilang busana kejawen penuh dengan piwulang sinandhi, kaya akan suatu ajaran tersirat yang terkait dengan filosofi Jawa Kejawen. Ajaran dalam busana kejawen ini merupakan ajaran untuk melakukan segala sesuatu di dunia ini secara harmoni yang berkaitan dengan aktifitas sehari – hari, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia, dengan diri sendiri, maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta segala sesuatu dimuka bumi ini. Dan khusus untuk pakaian adat pria ini kurang lebih terdiri dari Blangkon, Surjan/beskap, Keris, Kain Jarik Kain Samping, sabuk sindur dan canela/cemila/selop. Penggunaan pakaian adat yang sekarang ini suah jarang dilakukan atau hanya sekedar dipakai pada saat ada hajatan saja, berakibat pengetahuan tentang tata cara pemakaian pakaian adat menjadi semakin minim. Terlebih lagi kebanyakan dari masyarakat sudah jarang yang memiliki sendiri seperangkat pakaian adat. Surjan Surjan/surjan/ Jw. Adalah baju laki-laki khas Jawa berkerah tegak; berlengan panjang, terbuat dari bahan lurik atau cita berkembang Kata surjan merupakan bentuk tembung garba gabungan dua kata atau lebih, diringkas menjadi dua suku kata saja yaitu dari kata suraksa-janma menjadi manusia. Surjan menurut salah satu makalah yang diterbitkan oleh Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta berasal dari istilah siro + jan yang berarti pelita atau yang memberi terang. Dikatakan pakaian surjan berasal dari zaman Mataram Islam awal. Pakaian adat pria ini merupakan pakaian adat model Yogyakarta walaupun konon katannya Surjan merupakan pakaian khas dari kerajaan Mataram sebelum terpecah menjadi dua, Surakarta dan Yogyakarta. Surjan awalnya diciptakan oleh Sunan Kalijaga yang diinspirasi oleh model pakaian pada waktu itu dan selanjutnya digunakan oleh Mataram. Pakaian surjan dapat disebut pakaian “takwa”, karena itu di dalam baju surjan terkandung makna-makna filosofi, di antaranya bagian leher baju surjan memiliki kancing 3 pasang 6 biji kancing yang kesemuanya itu menggambarkan rukun iman. Rukun iman tersebut adalah iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada utusan Allah, iman kepada hari kiamat, iman kepada takdir. Selain itu surjan juga memiliki dua buah kancing di bagian dada sebelah kiri dan kanan. Hal itu adalah simbol dua kalimat syahadat yang berbunyi, Ashaduallaillahaillalah dan Waashaduanna Muhammada rasulullah. Disamping itu surjan memiliki tiga buah kancing di dalam bagian dada dekat perut yang letaknya tertutup tidak kelihatan dari luar yang menggambarkan tiga macam nafsu manusia yang harus diredam/dikendalikan/ditutup. Nafsu-nafsu tersebut adalah nafsu bahimah hewani, nafsu lauwamah nafsu makan dan minum, dan nafsu syaitoniah nafsu setan. Jatiningrat, 2008, Rasukan Takwa lan Pranakan ing Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta Tepas Dwarapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Jadi jenis pakaian atau baju ini bukan sekadar untuk fashion dan menutupi anggota tubuh supaya tidak kedinginan dan kepanasan serta untuk kepantasan saja, namun di dalamnya memang terkandung makna filosofi yang dalam. Surjan sendiri terdapat dua jenis yaitu surjan lurik dan surjan Ontrokusuma, dikatakan Surjan lurik karena bermotif garis-garis, sedangkan Surjan Ontrokusuma karena bermotif bunga kusuma. Jenis dan motif kain yang digunakan untuk membuat surjan tersebut bukan kain polos ataupun kain lurik buatan dalam negeri saja, namun untuk surjan Ontrokusuma terbuat dari kain sutera bermotif hiasan berbagai macam bunga. Surjan ontrokusuma hanya khusus sebagai pakaian para bangsawan Mataram, sedangkan pakaian seragam bagi aparat kerajaan hingga prajurit, surjan seragamnya menggunakan bahan kain lurik dalam negeri, dengan motif lurik garis-garis lurus. Untuk membedakan jenjang jabatan/kedudukan pemakainya, ditandai atau dibedakan dari besar-kecilnya motif lurik, warna dasar kain lurik dan warna-warni luriknya. Semakin besar luriknya berarti semakin tinggi jabatannya; atau semakin kecil luriknya berarti semakin rendah jabatannya. Demikian pula warna dasar kain dan warna-warni luriknya akan menunjukkan pangkat derajat/martabat sesuai gelar kebangsawanannya. Pemakaian Surjan ini dikombinasikan dengan tutup kepala atau Blangkon dengan “mondolan” di belakangnya. Dahulu pada jaman kerajaan mondolan ini difungsikan untuk menyimpan rambut pria yang panjang biar kelihatan rapi. Beskap Beskap merupakan pakaian adat gaya Surakarta, bentuknya seperti jas didesain sendiri oleh orang Belanda yang berasal dari kata beschaafd yang berarti civilized atau berkebudayaan. Warna yang lazim dari beskap biasanya hitam, walaupun warna lain seperti putih atau coklat juga tidak jarang digunakan. Selain beskap, ada lagi pakaian adat pria gaya Surakarta ini yaitu Atela. Perbedaan antara keduanya yang mudah dilihat dari pemasangan kancing baju. Pada beskap, kancing baju terpasang di kanan dan kiri, sementara pada atela, kancing baju terpasang di tengah dari kerah leher ke bawah. Beskap adalah sejenis kemeja pria resmi dalam tradisi Jawa Mataraman untuk dikenakan pada acara-acara resmi atau penting. Busana atasan ini diperkenalkan pada akhir abad ke-18 oleh kalangan kerajaan-kerajaan di wilayah Vorstenlanden namun kemudian menyebar ke berbagai wilayah pengaruh budayanya. Beskap berbentuk kemeja tebal, tidak berkerah lipat, biasanya berwarna gelap, namun hampir selalu polos. Bagian depan berbentuk tidak simetris, dengan pola kancing menyamping tidak tegak lurus. Tergantung jenisnya, terdapat perbedaan potongan pada bagian belakang, untuk mengantisipasi keberadaan keris. Beskap selalu dikombinasi dengan jarik kain panjang yang dibebatkan untuk menutup kaki. Beskap memiliki beberapa variasi yang berbeda potongannya. Berikut adalah jenis-jenis beskap beskap gaya Solo, beskap gaya Yogya, beskap landing dan beskap gaya kulon Cara memakai Surjan atau Berkap Seperti telah disampaikan di atas bahwa Surjan atau beskap merupakan salah satu busana pria adat Jawa yang bersumber dari keraton Mataram. Cara memakainya harus dilakukan dengan tatacara yang memiliki kaidah etika dan estitika tertentu. Susuhunan Pakubuwono IV, Raja Surakarta telah mengingatkan kita dalam berpakaian, yaitu Nyandhang panganggo iku dadekna sarana hambangun manungso njobo njero, marmane pantesan panganggonira, trapna traping panganggon, cundhukana marang kahananing badanira, wujud lan wernane jumbuhna kalawan dedeg pidegso miwah pakulitaniro Berpakaian seharusnya dijadikan sarana untuk membangun kepribadian manusia lahir dan bathin. Maksudnya berpantaslah dalam berpakaian berpakaianlah sesuai tempat dan keadaan, cocokkan antara badan dengan pakaian yang dikenakan, antara situasi, warna dan model/corak pakaian, tinggi badan, berat bada dan warna kulit Perlengkapan busana surjan atau beskap D. Epek lengkap timang dan lerep anak timang G. Blangkon / udheng / mit A. Memakai Sinjang/Nyamping Nyamping atau Sinjang sebelum dikenakan haruslah diwiru terlebih dahulu. Untuk nyamping busana pria, lebar wiru berukuran 3 jari tangan. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengenakan nyamping adalah motif batik pada kain nyamping tersebut. Jika nyamping memiliki motif gurda, posisi kepala burung haruslah berada di atas. Ada juga motif yang memakai simbol/bentuk seperti candi atau rumah, maka posisi atap haruslah berada di atas. Saat mengenakan nyamping, posisi wiru berada di tengah tubuh memanjang ke bawah. Tangan kanan memegang wiru dan tangan kiri memegang ujung kain satunya biasa disebut pengasih. Pengasih ini dililitkan ke kanan hingga belakang paha kanan. Kemudian ujung wiru dililitkan ke arah kiri hingga pas di tengah tubuh. Usahakan bagian bawah tingginya sama dan cukup menutupi bagian kemiri kaki bagian belang kaki yang menonjol. Setelah dirasa cukup sesuai maka nyamping harus diikat oleh stagen. Stagen dililitkan dari arah kiri ke kanan mulai dari bawah melingkar ke arah atas. Jika stagen milik anda terlalu panjang, anda dapat meneruskan melilitkan stagen kembali ke arah bawah. Jika sudah cukup, ujung stagen ditekuk dan diselipkan pada bagian bawah lilitan stagen untuk mengunci lilitan tersebut. Selanjutnya untuk menutupi stagen, kenakanlah sabuk. Cara memakai sabuk mirip dengan cara mengenakan stagen yaitu dililitkan berulang kali pada bagian bawah dada hingga ke pinggang. Hanya saja sabuk dililitkan dari arah kanan ke kiri mulai dari atas ke arah bawah. Yang perlu diperhatikan pada pemakain sabuk adalah jarak sap garis atas yang satu dengan berikutnya kurang lebih 2 jari tangan. Ujung dari sabuk harus berakhir pada bagian kiri depan dan dapat dikunci dengan peniti. Bentuk epek mirip dengan ikat pinggang. Epek memiliki bagian pengunci yang disebut timang dan bagian lerep anak timang. Cara mengenakan epek yaitu timang berada pada posisi tengah lurus dengan wiru nyamping. Sementara lerep pada posisi sebelah kiri. Jika memiliki epek yang panjang maka bagian ujung dapat dilipat dan dimasukkan ke bagian lerep. Epek harus terpasang pada lilitan sabuk bagian bawah, kira-kira 2 jari dari garis bawah sabuk. Warna sabuk dan epek ada beberapa macam sesuai dengan keperluan. Contohnya a. Sabuk berwarna ungu dengan epek berwarna hijau artinya Wredha Ginugah yang dapat membangun suasana tenteram. b. Sabuk berwarna hijau atau biru dengan epek berwarna merah artinya Satriya Mangsah yang dapat membangun jiwa terampil dan berwibawa. c. Sabuk berwarna Sindur merah bercampur putih digunakan pada saat hajatan penganten. Warna ini dipakai bagi yang memiliki hajatan hamengku damel. Sementara untuk besan tidak ada aturan yang pasti. Hanya saja pada saat jaman penjajahan Jepang, pernah ada paguyuban yang menentukan warna sabuk Pandhan Binethot warna hijau dan kuning bagi besan. Keris atau duwung dikenakan pada bagian belakang busana. Keris diselipkan pada sabuk, tepatnya pada sap ke tiga dari bagian bawah sabuk. Posisi arah dan kemiringan seperti pada foto di sebelah ini. Cara mengenakan keris/dhuwung ada beberapa macam sesuai dengan keperluannya a. Ogleng seperti pada gambar di samping digunakan pada saat biasa atau pahargyan upacara adat penganten. b. Dederan /andhoran digunakan pada saat menghadap pimpinannya. c. Kewal digunakan oleh prajurit saat situasi bersiaga. d. Sungkeman digunakan saat menghantarkan jenazah. e. Angga digunakan oleh pemimpin barisan g. Brongsong keris dipegang dengan dibungkus sehingga tidak terlihat oleh orang lain. Untuk jenis keris ada banyak sekali macamnya, hanya saja yang banyak dikenal oleh awam jenis Ladrang dan Gayaman. Dhuwung ladrang adalah keris resmi yang digunakan dalam upacara ataupun pahargyan upacara penganten. Sementara jenis gayaman digunakan sehari-hari oleh prajurit keraton. Selop dikenakan sebagai alas kaki. Yang perlu diperhatikan pada pemakaian selop adalah ukuran dari selop itu. Jangan mengenakan selop yang lebih besar dari ukuran kaki tapi pilihlah selop yang lebih kecil. Ini bertujuan untuk menghindari agar langkah kita tidak terbelit pada kain nyamping. G. Memakai Blangkon/Udeng/Mid Pada bagian depan blangkon terdapat segitiga. Ujung segitiga tersebut harus berada ditengah-tengah kening. Blangkon jangan dikenakan terlalu mendongak ataupun menunduk. Ada satu hal yang perlu diingat saat mengenakan busana adat, yaitu bahwa sepintas orang dapat mengenali kepribadian seseorang dari busananya baik warnanya maupun jenis busananya, cara memakainya dan bertingkah laku saat mengenakannya. Sumber 1. 2. 3. 4.
Penggunaanbahasa Jawa dipakai sebagai bahasa pengantar pada keseluruhan liturgi. Penggunaan bahasa pengantar Jawa pada seluruh ibadah dikarenakan bahasa Jawa memiliki kekayaan unggah-ungguh atau tata krama dalam tata bahasanya (sesuai dengan tingkat kedudukan), serta menunjukan kewibawaan bagi pembicaranya.7 Bahasa Jawa yang semakin
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-14 175009 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7469582981b912 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Untukmenulis sebuah paragraf deskripsi kita harus mengetahui urutan-urutan pembuatannya yaitu : Menentukan tema misalnya rumah limasan, busana pengenatin Jawa dan lain-lain. Menentukan tujuan tulisan. Bahan-bahan tulisan berupa benda atau masalah yang dilihat, didengar dan dirasakan. Membuat kerangka karangan.
Kabeh babagan nang ndunya mesti bisa diterangaken kanthi rinci, bisa kang pangerten, asal mula, ciri-ciri, lan jenis-jenise. Kabeh mau kuwi bangeting kanggo mangerti marang sawijining bab lan nyegah pemikiran sing salah kaprah marang bab kasebat. Nah kanggo nerangaken sesuatu kanthi rinci, kita sampun sering sanget mireng tentang teks deskripsi. Apa sebenere teks deskripsi kuwi? A. Pengertian Teks Deskripsi Teks deskripsi yakuwe sawijining teks utawa tulisan sing nggambaraken sawijining objek. Objek sing kemaksud bisa wujud benda, panggonan, makhluk hidup, lan liya-liyane. Neng teks kiye anggone nggambaraken objek sing kemaksud kanthi rinci supaya wong sing maca tulisan mau kaya-kaya ndeleng dhewek objek sing digambaraken senajan dheweke ora weruh secara langsung. B. Jenising Teks Deskripsi 1. Teks deskripsi barang utawa benda Teks deskripsi kiye nggambaraken sawijininng barang marang pembaca kanthi cetha lan rinci, supaya pembaca utawa pamireng saged weruh gambaran barang kasebat. Tuladha "Mendoan kuwe panganan asli sekang Kabupaten Banyumas. Mendoan kuwe panganan sing bahan dasare sekang tempe lan digoreng setengah mateng. Umume mendoan digawe sekang tempe, tepung terigu, muncang, lan uyah, namung ing jaman saiki wis akeh variasi bahan kanggo mendoan kuwi, diantarane yakuwe lombok, keju, kecap, lan saos. Mendoan biasane ndhuweni wujud segi empat, tipis, lan teksture empuk. Ing masyarakat Banyumas, mendoan seringe disajikna pas esuk-esuk uga dibatiri kaliyan sambel, kopi, teh, utawa kanggo lawuh sarapan. Saiki mendoan wis terkenal nang seluruh Indonesia lan produksine wis nyebar nang Provinsi Jawa Tengah." 2. Teks deskripsi kahanan Teks deskripsi kiye nggambaraken sawijininng kahanan utawa swasana suatu panggonan utawa barang. Tujuane kanggo ndamel pembaca utawa pamireng ndhuwe gambaran kahanan sing dimaksudna penulis teks. Tuladha "Nek wayah esuk, akeh ibu-ibu sing pada antri nang warunge bu Robingah arep pada tuku mendoan, niwo, tahu brontak, lan gorengan liyane. Kawit bar sholat subuh, ibu-ibu kuwe wis pada mulai teka lan suwe-suwe bisa nganthi wong limolas sing ngantri. Senanjan antrine suwe, kabehan tetep pada sabar lan nyambi dopokan kanggo ngisi swasana. Biasane para pelannggane bu Robingah mulai sepi pas jam pituan. Bar kuwe dheweke gari ngurusi kebutuhan keluarga lan ngurusi umahe lan anak-anake." 3. Teks deskripsi proses Teks deskripsi proses yakuwe nggambaraken proses utawa urut-uratane nggawe sawijining produk, misale resep masakan, cara nganggo barang, dsb. Tuladha "....cara gawe sriping gedhang kuwe gampang. Pertama-tama gedhang diceti nagnti bersih. Bar kue dikumbah neng banyu bersih supaya ilang getaeh. Gedhang diiris dhawa-dhawa tipis menaawa langsung diceti nang ndhuwur wajan sing wis ana minyak panase. Goreng nganti warnane berubah dadi kecokelat-cokelatan. Terakhir entas sriping sing wis mateng karo sorok lan didelah ing toples. Sriping gedhang siap disajikna." 4. Teks deskripsi sipat Teks deskripsi sipat yakuwe teks kang nggambarake babagan tentang sifat sawijining barang utawa wong. Tuladha "Kabeh gorengan garing utawa kemriyik kayata kripik, sriping, krupuk, peyek, lan sapanunggalane kuwe ndhuweni sipat sing ora tahan lama. Maksude daya simpene ora suwe, gamapang mlempem, apek, lan liya-liyane. Senajan wis dilebokna plastik utawa toples sing kenceng tetep bae bisa mlempem lan mambu tengik." C. Ciri-Cirine Paragraf Deskripsi Nerangaken objek kanthi langsung miturut panemune sing diweruhi. Adhedhasar kang observasi utawa pengamatan. Ndhuweni gagasan marang sing maca kanthi cara ngelih objek sing diweruhi pengarang. Ndhuweni sipat imajinasi imajinasi namung dasare fakta utawa penggambaran. Ndhuweni tujuan nyiptakaken imajinasi sing maca, saengga sing maca kerasa kaya weruh dhewek bab sing dideskripsikna kuwe mau. D. Urut-Urutane Nggawe Paragraf Deskripsi Nemtokake tema sing arep dibahas. Tujuan penulisan sing arep disampekna marang pembaca. Ngumpulake materi. Barange utawa materine dipriksa, dimirengaken, lan dirasaken. Nggawe kerangka deskripsi kang adhedhasar materi kasebat. Nulis karangan kanthi lengkang lan ora nana sing kececer.
SebagianBojonegoro. Di provinsi Jawa Timur, banyak sekali hal yang unik dari seni dan kebudayaan yang ada. Kesenian di daerah Jawa Timur memiliki ciri khas tersendiri seperti kebiasaan kebiasaan adat istiadatnya contohnya ludruk. Ludruk adalah kesenian Jawa Timur yang cukup terkenal, semacam seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya laki-laki.
14112019Pada halaman ini kami akan menampilkan beberapa contoh teks deskripsi bahasa jawa beserta artinya. Omah adat Jawa sing umum dikenal yaiku omah kang nduweni gaya arsitektur jogla. Teks deskripsi bahasa jawa tentang budaya. Contoh teks deskripsi bahasa jawa tentang kucing. Iklan djarum76 dengan busana adat jawa dan bahasa jawa yang. RantaiBeskap Logo Kraton Surakarta Salam Rahayu, Kami Keluarga Besar Padepokan Azimat Sakti Nusantara mempersembahkan koleksi pusaka atau mustika yang istimewa untuk sarana hajat dan tujuan anda semua, Rantai Beskap Logo Kraton Surakarta Kasuhunan Surakarta memiliki lambang kebesaran yang bernama Radya Laksana. Radya Laksana sering terlihat di bangunan sekitar Keraton Surakarta misal, di Jawa Batik, beskap dan blangkon, kebaya, dodotan Bali: Kemben, kancrik, kain ringsing Nusa Tenggara Timur : Tenun ikat, pakaian tais beti / taimuti Akan lebih baik jika anda memberikan deskripsi dalam dua bahasa yaitu bahasa lokal dan juga bahasa inggris agar orang luar lebih memahami apa B5Unjm.
  • cr2uzol1g4.pages.dev/149
  • cr2uzol1g4.pages.dev/246
  • cr2uzol1g4.pages.dev/17
  • cr2uzol1g4.pages.dev/83
  • cr2uzol1g4.pages.dev/335
  • cr2uzol1g4.pages.dev/236
  • cr2uzol1g4.pages.dev/42
  • cr2uzol1g4.pages.dev/122
  • cr2uzol1g4.pages.dev/125
  • deskripsi beskap dalam bahasa jawa